Pengikut
Arsip Blog
Mengenal Saya Lebih Dalam
Rabu, 09 November 2011
mengapa.mengapa.mengapa
mengapa dia begitu tidak peduli?aku saja yang melihatnya begitu sakit apa lagi orang itu. Padahal ketika dia mengalami hal seperti ini juga orang itu membantunya meski dengan omelan-omelannya, tapi orang itu tetap membantunya. Sedangkan sekarang?ketika orang itu mengalami ini dia hanya terdiam. Apa yang sebenernya dia pikirkan?apa dia emang dendam kepada orang itu atau kenapa?kenapa begitu teganya membiarkan orang itu kesulitan sendiri tanpa ada yang membantunya. Salahkah pandangan ku dalam hal ini?seakan-akan aku memandang dalam sebelah mata. Tapi itu yang aku rasa dan aku lihat.
asuhan keperawatan pada tn.t dengan diagnosa dhf
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyakit
Dengue haemorhagic fever adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang dirasakan ruam atau tampa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypthy betina. (Seoparman, 2000).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Sejenis virus yang tergolong arbovirus dan mauk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypthy (Christantie Efendy, 2000).
Dengue adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypthy dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik (Sir, Patrick manon, 2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypthy (Seoparman, 2001).
Menurut WHO, penyakit DHF dibagi atau diklasifikasikan menurut berat ringannya penyakit. Uraian secara singkat, adalah sebagai berikut :
1. Dengue Haemoragic Fever (DHF) derajat I
Memiliki tanda-tanda demam disertai gejala-gejala yang lain, serta mual, muntah, sakit pada ulu hati, pusing nyeri otot, dan lain-lain. Tanpa adanya pendarahan spontan dan bila dilakukan uji torniquet menunjukan hasil positif, terdapat bintik-bintik meerah. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium menunjukan tanda-tanda tombrositopenia.
2. Dengue Haemoragic Fever (DHF) derajat II
Memiliki tanda-tanda dan gejala seperti yang terdapat pada DHF derajat I yang disertai dengan adanya pendarahan spontan pada kulit ataupun tempat lain (gusi, mimisan, dan lain sebagainya).
3. Dengue Haemoragic Fever (DHF) derajat III
Memiliki tanda-tandayang lebih parah dibandingkan dengan DHF derajat I dan DHF derajat II. Pada DHF derajat III telah terdapat tanda-tanda terjadinya shock yang disebut dengan Dengue Shock Syndrome. Penderita mengalami gejala shock, yaitu denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, penderita mengalami kegelisahan, dan pada tubuh penderita mulai tampak kebiru-biruan, terutama disekitar mulut, hidung, dan ujung-ujung jari.
4. Dengue Haemoragic Fever (DHF) derajat IV
Memiliki tanda-tanda yang lebih parah dibandingkan dengan DHF derajat I, DHF derajat II, dan DHF derajat III. Pada DHF derajat IV, penderita telah mengalami shock yang disebut dengan Dengue Shock Syndrome. Pada tahap ini penderita kehilangan kesadaran dengan denyut nadi yang tidak dapat teraba dan tekanan darah yang tidak terukur. Pada tahap ini, penderita dalam keadaan kritis dan memerlukan perawatan secara intensif di rumah sakit.
Setiap siswa dituntut untuk mengambil salah satu kasus penyakit di rumah sakit. Maka dari itu saya mengambil kasus pada Dengue haemorhagic fever (DHF), karena saya tertarik untuk mengkaji mengenai penyakit Dengue haemorhagic fever (DHF). Selain itu rasa keingin tahuan tentang penyakit Dengue haemorhagic fever (DHF) mendorong saya untuk mengambil kasus ini, dilain hal untuk menambahkan pengetahuan serta wawasan tentang penyakit Dengue haemorhagic fever (DHF).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menurut asuhan keperawatan penulis dapat menentukan pemberian asuhan keperawatan kepada Tn. T (31th) secara komprehensif meliputi askep Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual pada klien dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) di Ruangan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pindad Bandung dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat :
a. Menentukan pengkajian pada klien Tn. T (31th) dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pindad Bandung secara sistematis.
b. Menentukan diagnosa perawatan pada klien Tn. T (31th) dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) di Ruang Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.
c. Menentukan perencanaan tindakan keperawatan klien Tn. T (31th) dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) di Ruang Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.
d. Menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan pada klien Tn. T (31th) dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) di Ruang Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.
e. Menentukan evaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada klien Tn. T (31th) dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) di Ruang Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.
f. Menentukan laporan hasil asuhan keperawatan pada klien Tn. T (31th) dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) di Ruang Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.
1.3 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan data
a. Metode Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan metode Deskriptif dengan bentuk study kasus, dimana disusun berupa laporan penerapan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Study Keputakaan
Dalam study kepustakaan ini penulis membaca sumber dari buku-buku, dari sumber warnet dan karya tulis yang berhubungan dengan kasus, hal ini merupakan dasar-dasar teoritis yang dapat membantu penulis dalam penyusunan laporan.
2. Wawancara
Penulis mengumpulkan data melalui tanya jawab langsung pada klien dan keluarganya serta tim kesehatan lainnya. Hal ini terutama untuk mengenali permasalahan yang berkaitan langsung dengan masalah keperawatan.
3. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melihat secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh gambaran yang berhubungan dengan perkembangan klien dan perilaku keluarga.
4. Study Dokumentasi
Dalam study dokumentasi pengumpulan data yang didapat dari status klien, meliputi catatan dari sumber lain yang berhubungan dengan klien pada saat itu untuk dijadikan salah satu dasar dalam melakukan asuhan keperawatan.
5. Partisipasi aktif dan Pemeriksaan Fisik
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis terjun langsung kepada klien dan keluarga sehingga ada hubungan interaksi antara penulis dengan klien dan keluarga serta penulis melakukan pemeriksaan fisik.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN :
Berisi tentang latar belakang pengambilan kasus, tujuan penulisan, metode penulisan dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Berisi tentang konsep dasar penyakit yang terdiri dari pengertian atau definisi dari Dengue haemorhagic fever (DHF), tanda dan gejala, sejarah, uji torniquet, fase perjalanan penyakit, penyebab, penyebaran kuman, pengobatan, komplikasi, pencegahan, dan kebijakan pemerintah. Kemudian dibahas juga tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) secara teoritis meliputi pengkajian, diagnose keperawatan berdasarka prioritas masalah, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi tentang asuhan keperawatan pada klien Tn. T (31th) dengan Dengue haemorhagic fever (DHF) di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pindad Bandung yang meliputi : Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang rangkuman data yang telah didapat dari pengkajian dan pemecahan masalah, ditambah dengan saran-saran agar tidak terkena penyakit Dengue haemorhagic fever (DHF).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dengue haemorhagic fever (DHF)
2.1 Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang dirasakan ruam atau tampa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypthy betina. (Seoparman, 2000).
2.2 Tanda dan Gejala
Gejala yang tampak akibat infeksi virus dengue biasanya muncul setelah masa inkubasi (masa dimana virus berkembang hingga menimbulkan gejala) 3-8 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh. Jika sistem pertahanan tubuh dapat mengatasi virus, maka gejala yang tampak bisa ringan atau bahkan tidak didapatkan. Namun jika tidak, dapat timbul beberapa kondisi sebagai berikut:
1. Demam tinggi mendadak, >38° C, 2-7 hari,
2. Demam tidak dapat teratasi maksimal dengan penurun panas biasa,
3. Mual, muntah, nafsu makan minum berkurang,
4. Nyeri sendi, nyeri otot (pegal-pegal),
5. Nyeri kepala, pusing,
6. Nyeri atau rasa panas di belakang bola mata,
7. Wajah kemerahan,
8. Nyeri perut, dan
9. Konstipasi (sulit buang air besar) atau diare.
Jika seluruh atau beberapa gejala diatas ditemukan pada seseorang, maka secara medis orang itu didiagnosis menderita Dengue Haemoragic Fever (DHF).
Adapun tanda-tanda seseorang menderita Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah jika didapatkan:
1. Demam tinggi mendadak >38°C selama 2-7 hari,
2. Adanya manifestasi perdarahan spontan, seperti bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang jika ditekan (utamanya di daerah siku, pergelangan tangan dan kaki), mimisan, perdarahan gusi, perdarahan yang sulit dihentikan jika disuntik atau terluka,
3. Pembesaran organ hepar (hati) dan limpa, dan
4. Syok.
Kriteria berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah:
1. Adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombosit < 150.000/mm³ (normalnya 150.000 – 450.000 /mm³), dan
2. Hemokonsentrasi, yaitu pengentalan darah akibat perembesan plasma (komponen darah cair non seluler), ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang meningkat 20% dari nilai normalnya.
Jika terdapat minimal 2 tanda klinis dan 2 laboratoris, maka orang yang mengalaminya didiagnosis menderita Dengue Haemoragic Fever (DHF). (Redaksi Muslimah, 2001)
Penyebab perdarahan pada DBD ialah trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravakular yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji Rumple leede (+), petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke-3, 4, 5 demam. Perdarahan lain yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena, dan hematemesis. Pada anak yang belum pernah mengalami mimisan , maka mimisan adalah tanda penting.
Menurut WHO, penyakit DHF dibagi atau diklasifikasikan menurut berat ringannya penyakit. Uraian secara singkat, adalah sebagai berikut :
1. Dengue Haemoragic Fever (DHF) derajat I
Memiliki tanda-tanda demam disertai gejala-gejala yang lain, serta mual, muntah, sakit pada ulu hati, pusing nyeri otot, dan lain-lain. Tanpa adanya pendarahan spontan dan bila dilakukan uji torniquet menunjukan hasil positif, terdapat bintik-bintik meerah. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium menunjukan tanda-tanda tombrositopenia.
2. Dengue Haemoragic Fever (DHF) derajat II
Memiliki tanda-tanda dan gejala seperti yang terdapat pada DHF derajat I yang disertai dengan adanya pendarahan spontan pada kulit ataupun tempat lain (gusi, mimisan, dan lain sebagainya).
3. Dengue Haemoragic Fever (DHF) derajat III
Memiliki tanda-tandayang lebih parah dibandingkan dengan DHF derajat I dan DHF derajat II. Pada DHF derajat III telah terdapat tanda-tanda terjadinya shock yang disebut dengan Dengue Shock Syndrome. Penderita mengalami gejala shock, yaitu denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, penderita mengalami kegelisahan, dan pada tubuh penderita mulai tampak kebiru-biruan, terutama disekitar mulut, hidung, dan ujung-ujung jari.
4. Dengue Haemoragic Fever (DHF) derajat IV
Memiliki tanda-tanda yang lebih parah dibandingkan dengan DHF derajat I, DHF derajat II, dan DHF derajat III. Pada DHF derajat IV, penderita telah mengalami shock yang disebut dengan Dengue Shock Syndrome. Pada tahap ini penderita kehilangan kesadaran dengan denyut nadi yang tidak dapat teraba dan tekanan darah yang tidak terukur. Pada tahap ini, penderita dalam keadaan kritis dan memerlukan perawatan secara intensif di rumah sakit.
2.3 Sejarah DHF
Demam Dengue dilaporkan pertamakali di tahun 1789 oleh Benjamin Rush, yang digambarkannya sebagai penyakit dengan nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai demam. Demam berdarah dikenal pertamakali pada tahun 1950 di negara Philipina dan Thailand. Saat ini penyakit ini banyak menyerang di kawasan ASEAN dan menimbulkan banyak korban jiwa.(WHO. Dengue and Dengue Hemorrhagic fever).
Penyakit tersebut menyebar dengan cepat di seluruh dunia, sekitar 2,5 miliar penduduk dunia mempunyai risiko tinggi terkena demam Dengue. Di tahun 2007, terdapat 890.000 kasus demam Dengue di benua Amerika dan 26.000 diantaranya berkembang menjadi demam berdarah. Sebelum tahun 1970 hanya terdapat 9 negara yang terserang wabah demam berdarah, namun saat ini lebih dari 100 negara di seluruh dunia yang terkena wabah demam berdarah.
Di Indonesia pada tahun 2004 terdapat 80.000 pasien Dengue dan demam berdarah dengan angka kematian 800 orang. (Dengue Fever, from WIKIPEDfA)
Penyebab demam Dengue dan demam berdarah adalah virus dari Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus, Spesies Dengue. Penyebaran virus ini adalah melalui nyamuk Aedes aegypti yang banyak terdapat di sekitar kita. Tanpa pengobatan yang baik, angka kematian penderita demam berdarah adalah 20 %. Dengan pengenalan penyakit pada stadium awal dan penanganan yang baik angka kematian bisa ditekan menjadi 1 %.
Penyebab demam Dengue dan demam berdarah adalah virus dari Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus, Spesies Dengue. Penyebaran virus ini adalah melalui nyamuk Aedes aegypti yang banyak terdapat di sekitar kita. Tanpa pengobatan yang baik, angka kematian penderita demam berdarah adalah 20 %. Dengan pengenalan penyakit pada stadium awal dan penanganan yang baik angka kematian bisa ditekan menjadi 1 %.
2.4 Uji Torniquet
Ketika pasien dicurigai terjangkit dengue haemoragic fever (DHF), maka perlu dilakukan uji torniquet digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pendarahan pada kulit. Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mempraktekkan uji ini adalah dengan melakukan pembebatan dengan karet dibagian lengan atas. Pembebatan dibuat secukupnya (tidak kendur, dan tidak pula kencang), dibiarkan secara selama kurang lebih 5 menit, kemudian lepaskan. Setelah itu, amati kulit disekitar lengan bawah terutama disekitar siku dan pergelangan tangan. Hasil uji dikatakan positif, apabila pada pasien muncul bintik-bintik merah mirip bekas gigitan nyamuk, bergelombol, dan kemungkinan besar menunjukan terjadinya pendarahan pada kulit. Tanda ini dapat menambah kecurigaan pasien terjangkit demam berdarah.
Sebagian orang mungkin dapat memperlihatkan hasil yang berbeda pada saat dilakukan uji ini, tergantung pada tekstur kulit, ketipisan kulit, dan suhu kulit. Oleh karna itu, uji turniquet bukanlah satu-satunya pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan DHF. Untuk itu supaya lebih akurat, maka perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium (Dini Siti Anggraeni, 2010).
2.5 Fase Perjalanan Penyakit DHF
Menurut Dini Siti Anggraeni (2010), DHF memiliki 3 fase perjalanan penyakit, yaitu :
a. Fase Demam
Pada fase ini, diperlukan pengobatan simtomatik atau pengobatan yang dilakukan untuk menghilangkan gejala saja, seperti menurunkan demam atau meningkatkan perbaikan kondisi penderita Dengue Haemoragic Fever (DHF). Selama fase demam, sulit dibedakan. Setelah penderita demam dengue terbebas dari demam selama 24 jam tanpa obat penurun panas, ia akan memasuki fase penyembuhan. Namun pada penderita Dengue Haemoragic Fever (DHF) setelah fase demam selesai, justru akan memasuki fase kritis, dan pada keadaan yang lebih parah penderita akan jatuh pada keadaan shock yang disebut dengan Dengue Shock Syndrome.
Tidak semua penderita DHF akan mengalami shock. Dengan demikian, maka diperlukan tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih parah. Tindakan yang dilakukan pada tahap awal ini penting supaya penderita tidak memasuki kondisi yang lebih buruk. Pada keadaan ini seringkali dokter tidak menyarankan penderita untuk menjalani rawat inap. Penderita memungkinkan untuk dirawat di rumah tetapi memerlukan pengawasan yang lebih ketat. Hal-hal yang harus diperhatikan pada perawatan pasien demam berdarah yang sedang mengalami fase ini adalah suhu tubuh meningkat , rasa mual dan muntah pada penderita, serta terjadinya mimisan, dan pendarahan pada penderita. Pada saat fase demam ini terjadi, pemberian cairan yang memadai sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan pada penderita. Pad fase ini juga diperlukan pemeriksaan laboratorium darah, yang meliputi nilai trombosit dan nilai hematokrit.
b. Fase Kritis
Ketika fase ini terjadi, penderita tidak memungkinkan untuk dirawat di rumah, tetapi harus dirawat di rumah sakit karena membutuhkan penanganan yang intensif. Fase ini pada umumnya dimulai pada hari ketiga sampai dengan hari kelima sejak diketahui adanya panas atau demam yang pertama kali. Fase kritis ini berlangsung selama kurang lebih 24-48 jam. Fase kritis merupakan fase yang sangat menentukan, karena apabila penderita berhasil melewati fase ini maka ia akan memasuki fase penyembuhan. Tetapi, jika fase kritis ini tidak mampu diatasi (terjadi keterlambatan dalam penanganannya), maka penderita akan mengalami keadaan yang fatal. Pada keadaan ini biasanya penderita mengalami mual-muntah, tidak nafsu makan, dan mengalami pendarahan, oleh karna itu harus dilakukan pemantauan yang lebih intensif.
Pemantauan terhadap keadaan penderita, seperti pemeriksaan suhu tubuh, denyut nadi pernafasa, dan tekanan darah, harus dilakukan secara periodik atau berkala oleh perawat. Selain itu, pemantauan terhadap asupan cairan (melalui mulut ataupun infus) dan pengeluaran cairan (pada saat buang air besar, buang air kecil, serta muntahan penderita), juga harus dicatan oleh perawat. Jika penderita mengalami shock yang disebut dengue shock syndrome, penderita harus segera mendapatkan theraphy oksigen serta infus untuk mengganti kekurangan cairan yang disebabkan oleh kebocoran plasma darah. Adanya kebocoran pembuluh darah ini sangatlah berbahaya karena dapat mengakibatkan gangguan peredaran darah yang berfungsi membawa oksigen dan makanan keseluruh tubuh. Biasanya pada keadaan ini juga terjadi penurunan kadar trombosit yang memungkinkan penderita mengalami pendarahan baik melalui mulut, hidung, maupun pendarahan pada saluran pencernaan. Pada saat kondisi ini terjadi, seringkali penderita memerlukan transfunsi darah sehingga perlu disiapkan donor darah. Apabila pemantauan nilai trombosit dan nilai hematokrit telah menunjukan hasil yang normal atau sudah stabil, maka penderita sudah memasuki fase penyembuhan atau telah berhasil melewati fase kritis
c. Fase Penyembuhan
Umumnya penderita DHF yang telah berhasil melewati fase kritis akan sembuh tanpa komplikasi waktu kurang lebih 24-48 jam setelah shock. Keadaan ini ditandai dengan kondisi umum penderita yang mulai membaik, nafsu makan yang mulai meningkat, dan tanda-tanda fital yang stabil (suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah). Pada fase ini, pemberiaan cairan infus biasanya mulai dihentikan, diganti dengan pemberiaan nutrisi lewat mulut secara optimal. Asupan makanan yang mengandung nilai gizi yang tinggi sangat diperlukan untuk memperbaiki daya tahan tubuh. Bila keadaan penderita terus membaik dan tidak ditemukan adanya komplikasi, penderita biasanya diperbolehkan pulang. Sebelum pulang, biasanya dokter atau perawat menjelaskan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan penderita.
2.6 Penyebab
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Penyakit ini tidak ditularkan secara langsung dari manusia ke manusia melainkan melalui perantaraan melalui gigitan nyamuk. Spesies nyamuk yang menjadi vektor perantara penyakit ini utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina.
Nyamuk Aedes aegypti mulanya berasal dari Mesir. Hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, minuman kosong, air tandon, air tempayan atau gentong, kaleng dan ban bekas. Tersebar luas di kota maupun desa kecuali di wilayah yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter dari permukaan laut.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit dan menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan.
Umur nyamuk betina sekitar antara 2 minggu sampai 3 bulan, rata-rata 1 ½ bulan. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m dari tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukainya adalah benda tergantung seperti gorden, kelambu, baju dikamar yang gelap dan lembab.
Sifat-Sifat Nyamuk Aedes aegypti (Dini Siti Anggraeni, 2010) adalah sebagai berikut :
1. Antropofilik dan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat dan mempermudah pemindahan virus,
2. Aktivitas menggigit pagi sampai dengan petang dengan puncak aktivitas 09.00-10.00 dan 16.00-17.00,
3. Kemampuan terbang nyamuk betina 40-100 meter. Namun karena angin atau terbawa kendaraan, nyamuk ini bisa berpindah lebih jauh,
4. Kebiasaan istirahat serta menggigit dalam rumah (indoor). Tempat hinggap dalam rumah adalah barang-barang bergantungan seperti baju, gorden, kabel, peci dan lain-lain, dan
5. Nyamuk ini lebih senang warna gelap daripada terang.
2.7 Penyebaran Kuman
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedest aegypthy dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang diisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan kepada orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap, terlebih dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang diisap tidak membeku.
Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue itu, akan terserang penyakit demam berdarah. Orang yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat virus itu. Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya factor koagolasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya pendarahan hebat, terutama pendarahan saluran gastrointestinal pada Dengue Haemoragic Fever (DHF).
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut. (Dini Siti Anggraeni, 2010)
2.8 Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum ekstrak daun jambu biji. Merujuk hasil kerja sama penelitian Fakultas Kedokteran Unair dan BPOM, ekstrak daun jambu biji bisa menghambat pertumbuhan virus dengue. Bahan itu juga meningkatkan trombosit tanpa efek samping. Masyarakat mesti memperhatikan informasi penting ini. Berdasarkan hasil kerja sama dalam uji pre klinis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilansir di Jakarta, Rabu (10/3) siang, ekstrak daun jambu biji dipastikan bisa menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab demam berdarah dengue (DBD). Bahan itu juga mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping. Peningkatan tersebut diperkirakan dapat tercapai dalam tempo delapan hingga 48 jam setelah ekstrak daun jambu biji dikonsumsi.
Pada prinsipnya karena ini adalah penyakit karena infeksi virus maka belum ada obat spesifik untuk mengatasinya. Perawatan yang diberikan hanya berupa penanganan secara simtomatik saja berupa perbaikan keadaan umum penderitanya dan menjaga jangan sampai dehidrasi (kekurangan cairan). Perawatannya bisa dilakukan di rumah apabila penderita masih bisa makan dan minum sendiri dan tidak ada mual atau muntah yang berat (DHF Derajat I-II). Perawatan dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat, obat turun panas, pereda nyeri dan antimuntah bila perlu. Apabila kondisi penderita tidak membaik atau apabila ada tanda-tanda shock (DHF Derajat III-IV) segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
DHF umumnya akan mengalami penyembuhan setelah 7-8 hari, jika tidak ada infeksi sekunder dan dasar pertahanan tubuh penderitanya memang baik. Tanda penyembuhan antara lain meliputi demam yang turun perlahan, nafsu makan dan minum yang membaik, lemas yang berkurang dan tubuh terasa segar kembali (Sir, Patrik Manon, 2001).
DHF umumnya akan mengalami penyembuhan setelah 7-8 hari, jika tidak ada infeksi sekunder dan dasar pertahanan tubuh penderitanya memang baik. Tanda penyembuhan antara lain meliputi demam yang turun perlahan, nafsu makan dan minum yang membaik, lemas yang berkurang dan tubuh terasa segar kembali (Sir, Patrik Manon, 2001).
2.9 Komplikasi
Demam berdarah (bukan demam Dengue) sering menimbulkan komplikasi. Perdarahan adalah yang paling sering terjadi, bisa berupa perdarahan hidung, gusi, berak darah, muntah darah, atau pada wanita yang sedang Haid terjadi perdarahan yang lebih banyak dari biasanya. Syok yang ditandai dengan penurunan tekanan darah adalah kondisi yang berat dari demam berdarah dan dapat menimbulkan kematian apabila sulit diatasi.
Syok ini bisa menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti gagal ginjal yang kadangkala memerlukan penanganan dengan cuci darah. Penyebab dari syok adalah kurangnya cairan yang ada di dalam pembuluh darah, karena perdarahan atau kebocoran dari cairan plasma darah.
Daftar komplikasi yang telah disebutkan dalam berbagai sumber untuk demam berdarah meliputi:
Komplikasi dan gejala sisa dari demam berdarah dari Database Penyakit meliputi:
· Purpura
· Pireksia
· Zoonosis
2.10 Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal-hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti (Christantie Efendy, 2000).
Menurut Christantie Efendy, 2000 hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup,
2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang,
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk, dan
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi.
2.11 Kebijakan Pemerintah
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah:
a. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak menolak pasien yang menderita DBD,
b. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat (Depkes, 2004),
c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD,
d. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik (jumantik),
e. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur),
f. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah, yang terdiri dari unsur-unsur: Ikatan Dokter Anak Indonesia-Persatuan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia-Asosiasi Rumah Sakit Daerah,
g. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing Rp. 500 juta, di luar bantuan gratis ke rumah sakit,
h. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan, saran dan bantuan teknis, dan
i. Melakukan Kajian Sero-Epidemiologis untuk mengetahui penyebaran virus dengue
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1.) Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 19 Mei 1979
Tanggal Masuk : 12 November 2010
Tanggal Pengkajian : 13 November 2010
Agama : Islam
Statu Perkawinan : Sudah Menikah
Nomor Medrec : 070062
Alamat : Jln. Pasir Impun Rt 03/01 kel/desa Pasir Impun Kec. Mandalajati
Dx. Medis : DHF
2.) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Yn. P
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Jln. Pasir Impun Rt 03/01 kel/desa Pasir Impun Kec. Mandalajati
b. Keperawatan/Kesehatan Riwayat:
1.) Keluhan Utama
Klien mengeluh panas badan
2.) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Klien mengeluh panas badan 4 hari ini secara terus-menerus disertai dengan mual, muntah, pusing, batuk berdahak, pilek, nyeri pada bagian ulu hati, dan sudah 3 hari ini belum BAB.
3.) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Menurut penuturan klien, klien belum pernah menderita penyakit seperti saat ini, klien juga belum pernah dirawat di rumah sakit.
4.) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Menurut penuturan klien dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita seperti klien saat ini, menurut penuturan klien dalam anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti: DM, asma, dan lain lain. Dan menurut penuturan klien juga didalam anggota keluarjganya tidak mempunyai penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis, AIDS dan lain lain.
c. Pemeriksaan Head to toe
1.) Penampilan atau Kesan Umum
Kesadaran compos mentis, badan lemah, lemas, pucat, dan warna kulit muka kemerah-merahan.
2.) Tanda Tanda Vital (TTV)
Tekanan Darah : 100/80 mmhg, Nadi : 101x /menit, Respirasi : 20x /menit dan Suhu : 40,1oC
3.) Kepala dan Wajah
a. Bagian kepala tidak ada lesi, tidak ada benjolan, warna kulit kepala kecoklatan, penyebaran rambut merata, rambut mudah dicabut,tidak ada ketombe
b. Wajah
Tidak ada acne, pergerakan wajah normal, warna kulit wajah kemerah-merahan, kedua pipi simetris
a) Mata
Ketajaman normal, konjung tiva berwarna merah muda, pergerakan pupil simetris, kedua bola mata simetris, lapang pandang normal, sclera berwarna putih, tidak ada udim pada kelopak mata, dan tidak ada pendarahan pada konjung tiva
b) Telinga
Pendengaran jelas, daun telinga simetris, dan tidak ada cerumen
c) Hidung
Dapat membedakan bau, tidak epitaksis, pilek, dan lubang hidung simetris.
d) Mulut
Berbicara normal, dapat menelan dan menggigit secara normal, bibir kering, tidak ada lesi pada bibir, dan tidak ada pendarahan pada gusi.
4.) Leher
Pergerakannya bebas, tidak ada lesi, dan tidak ada pembesaran getah bening.
5.) Dada
Mamae simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran pada organ hepar
6.) Paru Paru
Pola pernafasan normal, bunyi pernafasan normal dan sebanyak 20x/menit, dan tidak ada efusi pleura.
7.) Jantung
Bunyi teratur, S1 = lup, S2=dup
8.) Abdomen
Bentuk datar, suara bising usus 12x/menit, tidak ada lesi, bila ditekan pada bagian perut sakit (epigastrium sakit tekan)
9.) Ginjal
Pengeluaran urine normal, tidak ada lesi, dan tidak terdapat haematuri
10.) Genetalia
Tidak ada peradangan pada genetalia, tidak memiliki penyakit GO
11.) Rektum
Pigmentasi normal, dan tidak terdapat heemoroid
12.) Ekskremitas
a. Ekskremitas Atas

3 4 Tangan kiri klien dapat mengangkat tetapi tidak dapat menahan dorongan, sedangkan tangan kanan klien dapat mengangkat dan menahan dorongan tetapi lemah
b. Ekskremitas Bawah
Kedua kaki simetris, pergerakannya secara bebas, tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, dan terdapat petechia


4 4 Kedua kaki klien dapat mengangkat dan menahan dorongan tetapi lemah
13.) Bagian Punggung
Warna kulit punggung agak kecoklatan, dan tidak ada lesi
d. Aktifitas Sehari-hari
No. | Jenis Aktifitas | Di Rumah | Di RSU |
1. | Nutrisi 1. Makan a. Jenis Makanan b. Frekuensi c. Porsi d. Kesulitan 2. Minum a. Jenis Minuman b. Frekuensi c. Kesulitan | Nasi, lauk pauk, kue kering, buah-buahan 2-3 x/hari 1 porsi habis - Air putih, susu, minuman biasa 8gelas /hari - | Bubur nasi, lauk pauk, sayur, buah-buahan 3 x/hari 1 porsi tidak habis Klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan Air putih, susu 4-5 gelas/hari Klien mengeluh mual |
2. | Eliminasi 1. BAB a. Frekuensi b. Konsistensi c. Kesulitan 2. BAK a. Frekuensi b. Warna c. Kesulitan | 1-2 x/hari Padat - Sering Kuning - | Belum BAB - - 5-7 x/hari Kuning - |
3. | Istirahat Tidur 1. Siang a. Waktu b. Kesulitan 2. Malam a. Waktu b. Kesulitan | - - 21.00 WIB-05.00 WIB - | 11.00 WIB-12.00 WIB - 22.30 WIB-05.00 WIB suka terbangun 2-3 kali Klien mengeluh suah tidur |
4. | Personal Hygine 1. Mandi a. Frekuensi 2. Cuci Rambut a. Frekuensi 3. Gosok Gigi a Frekuensi 4. Gunting Kuku a. Frekuensi | 2x/hari 1x/hari 2x/hari 1x/minggu | 1x/hari diseka Belum cuci rambut Belum gosok gigi Belum gunting kuku |
e. Data Psikologis/Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien nampak lemas
2) Identitas Diri
Klien berjenis kelamin laki-laki, klien merupakan suami dari Ny. P
3) Peran
Dalam keluarganya klien berperan sebagai suami, dan klien mampu melaksanakan perannya didalam keluarganya.
4) Ideal Diri
Keinginan klien untuk sembuh dan segera pulang dari rumah sakit sangat tinggi
5) Harga Diri
Klien sangat berharga karena sering diperhatikan oleh semua anggota keluarganya dan tim medis
f. Data Spiritual
Klien besragama islam. Meskipun dalam keadaan seperti saat ini, tetapi klien tetap melakukan ibadah dengan keadaan tidur atau berbaring.
g. Data Sosial
Klien mudah diajak komunikasi dengan tim medis dan lingkungan sekitarnya.
h. Data Penunjang
1.) Hasil Laboratorium
No. | Jenis Pemeriksaan | Hasil | Normal |
1. 2. 3. 4. | Hemoglobin Leukosit Hematokrit/PCV Trombosit | 14,8 gr L/dl 3.400/mm3 45% 103.000/mm3 | 12-18 gr L/dl 4.000-10.000/mm3 37%-48% 150.000-400.000/mm3 |
2.) Therapy
a. Infus RL 2.500cc/24 jam
b. Cefotaxim 3x1gr iv
c. Sanmol 3x500 mg
d. Ibuprofen 3x400 mg
e. Ozn 2x1 tablet
f. Magtrai 3x1 tablet ac
3.2 Analisa Data
No. | Data | Kemungkinan Penyebab | Masalah |
1. | Ds : Klien mengeluh panas badan Do : 1. Suhu 40,1oC 2. Nadi 101x /menit 3. Respirasi 20x /menit 4. Klien terlihat gelisah 5. Klien terlihat lemah 6. Bibir kering | Masuknya virus dengue kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ![]() Virus berkembang didalam tubuh ![]() Suhu tubuh meningkat | Ggn. Keseimbangan suhu tubuh |
2. | Ds : Klien mengeluh tidak nafsu makan Do : 1. Klien terlihat lesu dan lemah 2. Porsi makan tidak habis 3. Muntah | Respon peningkatan Suhu tubuh ![]() ![]() Mual dan muntah ![]() Nafu makan berkurang | Ggn. Pemenuhan kebutuhan nutrisi |
3. | Ds : Klien mengeluh tidak bias tidur Do : 1. Klien terlihat lesu 2. Wajah terlihat pucat 3. Pengunjung atau keluarga klien lain mengobrol sampai tengah malam | Pengunjung atau keluarga klien lain mengobrol sampai tengah malam ![]() Istirahat klien terganggu ![]() Klien tidak dapat tidur | Ggn. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur |
3.3 Diagnosa Keperawatan
1) Ggn. Keseimbangan suhu tubuh b/d panas badan
2) Ggn. Pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d tidak nafsu makan disertai dengan mual dan muntah
3) Ggn. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b/d tidak bisa tidur karena ruangan ribut tiap malam
Langganan:
Postingan (Atom)